Ziarah Bahnasa: Catatan Bersejarah

Saya akan mencoba menceritakan kembali satu pengalaman yang sebetulnya sering saya ceritakan di antara teman-teman namun, setiap kali saya mengingat-ingat kembali pengalaman ini sepertinya masih saja bisa dinikmati oleh diri sendiri.

Saat saya sedang makan kusyari misalnya. Sesekali saya bisa tersenyum tipis meskipun di bibir menempel padanya saus tomat asam kusyari. Sehingga saus tomat tersebut bisa tiba-tiba terasa manis karena senyum saya.

Pengalaman ini terjadi saat tahun 2019. Untuk tanggal tepatnya, saya kurang ingat. Saat itu saya bersama Kadika sudah bersepakat untuk mengikuti ziarah yang dibimbing langsung oleh syeikh Yusri.

Kami berdua begitu antusias mengikuti agenda ziarah kali ini. Saya sendiri sudah membayangkan betapa khidmatnya ziarah nanti. Mengunjungi salah satu tempat yang menjadi titik terpenting bagi sejarah masuknya Islam di Mesir.

Apalagi, kegiatannya dibersamai oleh seorang ulama yang fokus membimbing tarekat Syaziliyah. Pasti bakal banyak pengetahuan baru yang saya dapat dan pastinya akan menjadi pengalaman yang bersejarah untuk diri saya.

Lokasi yang saya kunjungi adalah Bahnasa. Tempat ini disebut-sebut sebagai baqi Mesir karena terdapat kurang lebih 500 makam sahabat yang telah berjuang menyebarkan ajaran yang dibawakan oleh baginda besar Muhammad saw di Mesir.

Panitia penyelenggara mengabarkan kepada para peserta ziarah untuk tiba di titik kumpul sejak matahari terbit. Saya dan Kadika tidak ingin terlambat. Maka, selepas solat Subuh, kami langsung meluncur menggunakan Uber.

Berangkat dari rumah ke titik kumpul

Meskipun langit belum juga terlihat terang, kami sudah ada kekhawatiran terlambat dalam perjalanan menuju titik kumpul di Muqattam.

Enggaklah. In syaa Allah enggak telat.” Kata Kadika.

Sesampainya di titik lokasi perkumpulan, langit masih gelap-gelap saja. Beberapa mungkin sudah terlihat jingga yang menandai matahari segera hadir di sana.

Suasana titik kumpul masih sepi. Untuk itu kami mencoba masuk ke dalam masjid yang biasa dijadikan tempat kegiatan Tarekat Syaziliyah.

Oalah. Masih pada ngaji,” kata saya.

Kirain terlambat,” Kadika meladeni.

Kami segera duduk bergabung dengan jamaah pengajian saat itu. Tidak ada salahnya jika menuggu waktu keberangkatan ziarah dengan mendengarkan sedikit wiridan subuh.

Kekhawatiran terlambat menjadi hilang. Dan akhirnya, kami yakin kalo tidak terlambat. Justru datang lebih awal memberi kesempatan kami untuk masuk ke barisan shaf para jamaah.

Saya mengikuti wiridan dengan khidmat sampai selesai meskipun masih terbata-bata dalam membaca wiridan Subuh hingga selesai.

Jek, beli roti dulu, yuk,” ajak Kadika. Saya tentu enggak bisa menolaknya karena saya pun merasakan lapar. Yaa bayangkan saja, selepas solat subuh langsung pesan uber untuk bisa berangkat.

Kami langsung mencari warung yang berada di sekitaran masjid. Setibanya di warung, Kadika mengambil beberapa roti di rak yang berisi berbagai macam roti begipun saya. Selama kami menikmati sarapan kecil, para peserta ziarah pun berdatangan.

Gua kira sedikit yang ikut.

Ternyata sebanyak ini, ya.” Lanjut Kadika sambil menunjuk ke arah perkumpulan orang-orang di depan masjid.

Kami melihat orang-orang mulai memadati sekitaran masjid. Diantara orang-orang tersebut ada orang Mesirnya juga. Mungkin jumlahnya enggak sedikit.

Ayo, ayo. Semuanya masuk ke dalam bis.” Teriak satu orang untuk mengajak kami yang sudah menunggu keberangkatan di pinggir warung.

Berangkat dari Muqatam ke Bahnasa

Saya sempat bingung mencari bis yang akan saya tumpangi. Melihat jumlahnya yang sangat banyak bis di sekitaran saya. Mungkin ada puluhan jika digabungkan dengan bis yang digunakan oleh orang-orang Mesir.

Untungnya, ada daftar nama yang ditempel di pintu depan bis. Sehingga kami sedikit lebih mudah mencarinya. Meskipun sudah berkali-kali memutar mencarinya.

Saya dan Kadika duduk bersebelahan. Kami sudah duduk sambil menunggu penumpang lainnya tiba-tiba bertemu seorang teman yang ternyata satu bis juga dengan kami, namanya Hanes.

Seseorang yang membawa clipboard berdiri di dalam bis. Dia mengecek  dan memastikan semua kursi sudah diisi. Setelah dia yakin, dia menginstruksikan untuk membagikan makanan sebagai sarapan.

Saya sudah mencium bau yang enggak sedap saat kardus berisi sarapan dimasukkan ke dalam bis.

Pak Supir menjalankan bisnya. Panitia juga sudah mulai membagikan bungkusan yang berisi nasi, rendang, dan acar.

Kadika langsung membuka kotaknya dan langsung menikmatinya. Sementara, saya masih berpikir-pikir dulu untuk melahapnya. Saya juga melihat ke penumpang lain sudah mulai memakan sarapan yang diberikan panitia.

Tadi kan baru makan roti, masa langsung makan lagi, sih.” Gumam saya sambil masih meletakkan bungkusan nasi yang masih tertutup di atas paha saya. Mungkin saya bisa memakannya nanti.

Terus juga kan, nasinya bau, masa pada makan, sih?.” Tanya saya sendiri.

Karena itu saya lebih memilih untuk menunda makan sarapannya.

Perjalanan menuju Bahnasa dimulai. Saya tidak yakin berapa lama perjalanan menuju sana akan berlangsung. Tetapi kalo saya melihat gugel peta, perjalanan dari Kairo menuju Bahnasa memerlukan 3 jam lebih beberapa menit.

Dalam perjalanan, lapar saya tiba. Dinginnya ruangan di dalam bis membuat saya ingin menyantap nasi yang dari tadi masih berada di atas paha saya.

Setelah berpikir lebih pendek dari sebelumnya, maka apa yang ada di dalam kotak itu saya makan tapi enggak dengan sepotong daging rendangnya. Jadi, saya hanya makan nasi dan acarnya saja.

Saya pun sempat menganggap diri saya bodoh karena sepotong rendang enggak saya makan. Apalagi orang lain yang melihatnya?. Untuk itu saya berusaha mungkin memakannya saat yang lainnya terlelap dalam perjalanan. Saya masih berpikir kalo rendang yang ada di hadapan saya itu enggak edible.

lah rendangnya kagak dimakan, jek. Sayang banget itu.” Kata Kadika yang terbangun dari tidurnya.

Enggak, ah.” saya pun langsung menutup kotak sarapannya dan meletakkannya ke kardus yang sudah menumpuk di dalamnya kotak-kotak sarapan lainnya.

Karena pengalaman terjadi beberapa tahun yang lalu, mungkin saya akan menceritakan apa yang masih saya ingat. Selebihnya, enggak akan saya tuangkan karena sudah lupa.

Kami tiba di lokasi kira-kira saat zuhur menjelang solat asar. Untuk itu, beberapa dari kami ada yang memilih mengejar solat zuhur atau ada yang beristirahat dan akan menggabungkan solat zuhur dengan  solat asar.

Setelah itu, ada ceremony penyambutan rombongan ziarah yang dilakukan oleh orang-orang di sana. Syeikh Yusri pun sedikit menjelaskan komplek makam yang terletak enggak jauh dari masjid. Selebihnya, beliau menggamblangkannya di lokasinya langsung.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *