Sebagaimana yang kita ketahui bahwa kamus berisikan kumpulan kata yang disusun berdasarkan urutan hijaiah serta termuat di dalamnya beberapa informasi seperti; cara pengucapannya, kata-kata turunannya, dan arti berdasarkan penggunaan kata tersebut.
Dari segi penyusunannya, Kamus dibagi menjadi dua macam. Sebagaimana berikut;
- Kamus yang disusun oleh satu orang. Kamus ini sudah ada sejak abad kedua Hijriyah, dimana al-Khalil bin Ahmad sebagai pionirnya.
- Kamus yang disusun oleh sekelompok orang atau yang bisa kita bilang sebagai tim. Kamus ini populer pada periode modern.
- Ma’ajim al-Alfaz;
Al-Khalil bin Ahmad merupakan tokoh yang memprakasai penyusunan kamus. Dia menyusun kamus belum seperti kamus susunannya seperti yang kita kenal sebagai susunan hijaiah. Melainkan, dia mengawali penyusunan kamus berdasarkan tempat keluarnya bunyi huruf tersebut.
Karena itu, dia meletakkan huruf ع di bab pertamnya yang mana tempat keluarnya bunyi huruf ini dari tenggorokkan dan diteruskan hingga bunyi huruf yang keluar dari bibir.
Selanjutnya, al-Khalil bin Ahmad menyajikan kata-kata turunannya. Misalnya, عقل, علق, لقع, dan قلع. Semua kata ini tersedia di susunan عقل.
Kamus-kamus dengan penyusnan seperti ini bukan hanya al-Khalil bin Ahmad yang menyusun, ada beberapa kamus yang penyusunannya serupa sebagaimana contoh berikut;
- Al’ayn milik al-Khalil bin Ahmda al-Farohidi (175 H)
- Tahzib al-Lugot milik al-Azhary (370 H)
- Al-muhkam milik ibn Siydah (458 H)
Selama abad ke-4 Hijriah sistem penyusunan seperti apa yang digunakan al-Khalil bin Ahmad gunakan masih digunakan namun ada kemudahan yang ditawarkan seperti dua kamus berikut ini;
- al-Jamharat milik Ibn Durayd (321 H)
- Maqayis al-Lugat milik Ibn Faris (390 H)
Upaya selanjutnya dalam penyusunan kamus adalah memperkenalkan susunan hijriah berdasarkan asal katanya meskipun masih menggunakan huruf akhir sebagai rujukannya seperti; kata جاهد diturunan kata جهد, terletak dalam bab huruf د, ج . Penyusunan ini digunakan dalam kamus berikut;
- As-Shahat milik al-Jauhari (398 H)
- Al-Lisan milik ibn Manzur (711 H)
- Al-Qamus milik al-Fayruzabadi (817 H)
- Taj al-‘urus milik az-Zubaydi (1205 H)
Fase selanjutnya dalam penyusunan kamus telah masuk tahapan modern. Dimana penyusunannya menggunakan susunan hijaiah dan huruf pertama di kata dasar yang menjadi rujukan dan seterusnya. Sistem penyusunan ini digunakan dalam kamus-kamus berikut;
- Al-Kamus al-Kabir
- Al-Kamus al-Wasith
- Al-Kamus al-Wajiz
Jenis kamus selanjutnya adalah kamus al-ma’ani. Macam kamus ini tidak lagi menyajikan arti suatu kata melainkan kamus ini menawarkan perkembangan dari kata tersebut dan juga menyebutkannya dalam kata yang lain yang digunakan oleh masyarakat Arab bersamaan dengan contoh dalam penggunaannya. Sistem ini digunakan dalam kamus berikut;
- Ma’ajim al-Ma’ani
Jenis kamus selanjutnya adalah kamus al-ma’ani. Macam kamus ini tidak lagi menyajikan arti suatu kata melainkan kamus ini menawarkan perkembangan dari kata tersebut dan juga menyebutkannya dalam kata yang lain yang digunakan oleh masyarakat Arab bersamaan dengan contoh dalam penggunaannya. Sistem ini digunakan dalam kamus berikut;
- Fiqh al-Lugot milik as-tsa’alabi (429 H)
- Al-Mukhashis milik Ibn Siydah (458 H)
Kamus selanjutnya adalah kamus yang menyajikan kata-kata asing yang diadopsi oleh masyarakat Arab dan contoh pemakaiannya dalam bahasa Arab itu sendiri. Penyusunannya, menjadikan huruf pertama dari kata dasar sebagai rujukan dalam mencari suatu kata lalu diteruskan dengan kata-kata pembentukkannya. Sistem penyusunan seperti ini dapat ditemukan pada kamus berikut;
- Ma’ajim al-Alfaz ad-Dakhilat atau al-mu’rabat
- Al-Muarrab milik al-Jawaliyqi (540 H)
- Syifa al-‘alil fiyma fiy kalam al-Arab min ad-Dakhil milik Syihab ad-Din (1069 H)
Sekian pembahasan mengenai pengenalan kamus Arab. Sekarang kamu sudah tahu kan, kamus yang kamu perlukan guna memudahkan kinerja kamu.