Periode Gaya Penulisan Arab

Pada tulisan kali ini, saya ignin mengulas secara sederhana mngenai praktek penulisan yang dilakukan oleh bangsa Arab. Hal semacam ini perlu dibahas setelah mengetahui bahwa karya cedikiawan Arab berhasil menarik perhatian seluruh dunia. Apalagi pencapaian yang ditorehkan pada masa keemasannya pada masa dinasti Abbasiah.

Pada masa keemasaan tersebut, Bagdad berhasil mengoleksi karya-karya para Ahli di dalam perpustakaannya, yaitu Bayt al-Hikmah. Penulis menyadari apa yang diraih di masa tersebut tidaklah didapati secara instan namun memerlukan waktu yang panjang untuk mencapainya.

Untuk itu, perlunya penulis membahas macam-macam gaya penulisan dari pra Islam sampai kegiatan macam ini dikembangkan hingga dimanfaatkan oleh orang-orang setelahnya.

Untuk mempermudah mengetahuinya, penulis akan merangkum secara sederhana sebagaimana berikut:

 

  1. Riwayat (الروايات)

Praktek menyampaikan informasi melalui gaya ini sudah dipraktekkan bangsa Arab semenjak pra Islam. Praktek ini merupakan peralihan informasi dari mulut ke mulut. Proses ini merupakan yang populer digunkan oleh bangsa Arab. Mulai dari memberitakan suatu kisah, kejadian, syair-syair dan sebagainya.

Dalam prakatekknya, bangsa Arab melakukkannya secara profesional. Yaitu, mereka menyampaikan sebagaimana suatu riwayat berdasarkan riwayat yang disampaikan kepadanya tanpa ditambah atau dikuranginya informasi mengenainya. Tentu saja hal ini didukung oleh kemampuan mereka yang kuat dalam hafalan.

Hingga wahyu Alquran diturunkan kepada Rasulullah saw. bangsa Arab masih menggunkan metode menghafal dalam menjaga wahyu tersebut. Mereka yakin bahwa hafalan merupakan cara yang masih efektif dalam menjaga dan memberikan keautentikan informasi.

 

  1. Tadwin (التدوين)

Jika sebelumnya praktek menyimpat dan menyampaikan informasi melalui media verbal, maka Tadwin merupakan praktek yang yang menggunakan media tulisan.

Pada fase ini, tadwin mencoba untuk menuliskan apa yang sudah selama ini dihafal oleh orang-orang Arab.

Sehingga periode awal penulisan Alquran, dimulai pada fae ini. Dimana masyarakat Arab  mengumpulkan Alquran dari lembaran-lembaran dan hafalan-hafalan Alquran yang selama ini digunakan.

Selain itu, metode penulisan ini juga dignukan untuk menuliskan hal lain seperti, sejarah, peristiwa-peristiwa, riwayat raja-raja dll. sebagaimana yang dilakukan oleh Ibn Syiryah al-Jarhami (67 H) dalam kitabnya الأمثال dan أخبار الملوك الماضين.

 

Penulisan Hadits Rasulullah saw. memperhatikan penulisanini sehingga ada beberapa fase khusus mengenai hal ini, seperti:

  1. Kitabat hadist: penulisan hadist Rasulullah saw di periode Sahabat hingga awal periode tabiin yang dilakukan dalam bentuk buku-buku catatn kecil (kurasat) disebut sebagai sahifat.
  2. Tadwin hadist: dalam hal ini, hadist-hdist Rasulullah saw dikumpulkan dalam bentuk yang berbeda-beda. Tadwin hadist ini mulai dilakukan pada seperempat akhir dari tahun pertama hijriah hingga sepertampat awal di tahun kedua hijriah.
  3. Tasnif hadist: pada fase ini, dimulainya mengklasifikasi hadist Rasulullah saw. ada yang berdasarkan bab fiqh, berdasarkan perawinya dari kalangan sahabat. Seperti yang dilakukan oleh Imam Malik (179 H).

 

  1. Tasnif (التصنيف)

Tasnif merupakan gaya penulisan yang membagi pembahasan berdasarkan kelompoknya. Dalam klasifikasinya mebuat buku begaya tasnif bukanlah penulis karena ia hanya mengkelompokkan bahan tulisan dari sumber sebelumnya. Sehingga yang membuat kitab bergaya tasnif ini bukan disebut mualif melainkan musanif.

Karena itu, Tasnif digunkan biasanya dalam kitab hadist, tafsir, sirah, fiqh, dan juga mujam.

Biasanya para musanif mengumpulakn bahan dari riwayat dan tadwin unntk menyusun karnyanya (musanaf) hal ini ia lakukan demi menjaga keutuhan suatu kitab agar tidak hilang atau tercampur dengan materi yang lain.

Gaya penulisan ini populer di bidang hadist. Seperti contohnya, al-Muwata dan tasnif hadist lainnya.

 

  1. Talif (التأليف)

Istilah talif digunkan untuk membedakan antara karya yang bersumber dari karya lain sebelumnya (tasnif) sehingga musanif hanya mengklasifikasikan berdasarkan meteri pembahasannya dan karya utuh yang bertanggung jawab penuh pada seseorang (mualif). Contoh produk talif adalah kitab sibaweh (180 H). Yang membahas ilmu bahasa Arab.

Mualif juga dapat dikatakan bahwa dialah yang pertama kali mebahsa suatu materi ataupun yang pertama kali menggunakan sistem penulisan tertentu. Seperti hal yang dilakukan al-Khalil bin Ahmad. Meskipun dia menyusun kamus al-Ayn tetapi sistem yang digunakan dalam penyusunannya yang berdasarkan makhraj huruf baru dia yang menggunakannya.

Istilah lain yang digunakan untuk mereka yang mencetuskan suatu karangan diungkapkan dengan al-munsyi’ (المنشئ). Hal ini diungkapkan oleh Abu al-Hayan at-Tauhidi.

Seperti inilah apa yang digunakan oeh para cendikiawan Arab dulu dalam melahirkan suatu karya. sehingga dalam prosesnya, kita mnegetahui bahwa mereka membangun dasar-dasar yang kua untuk menciptakan dunia kepenulisannya yang sampai sekarang kita masih mempelajarinya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *